Epilepsi berupa suatu kondisi yang berbeda-beda ditandai dengan kejang yang tiba-tiba dan berulang. Tidak ada perbedaan usia, jenis kelamin, atau ras, meskipun kejadian kejang epilepsi yang pertama mempunyai dua pembagian, dengan puncaknya pada saat masa kanak-kanak dan setelah usia 60 tahun (WHO, 2012).
Etiologi
Penyebab
epilepsi pada berbagai kelompok usia:
1.
Neonatal
Kelainan kongenital, kelainan saat persalinan, anoksia, kelainan
metabolik (hipokalsemia, hipoglisemia, defisiensi vitamin B6, defisiensi
biotinidase, fenilketonuria).
2.
Bayi
(1-6 bulan)
Kelainan kongenital, kelainan saat persalinan, anoksia,
kelainan metabolik, spasme infantil, Sindroma West.
3.
Anak
(6 bulan – 3 tahun)
Spasme infantil, kejang demam, kelainan saat persalinan dan
anoksia, infeksi, trauma, kelainan metabolik, disgenesis kortikal, keracunan
obat-obatan.
4.
Anak
(3-10 tahun)
Anoksia perinatal, trauma saat persalinan atau setelahnya,
infeksi, thrombosis arteri atau vena serebral, kelainan metabolik, Sindroma
Lennox Gastaut, Rolandic epilepsi.
5.
Remaja
(10-18 tahun)
Epilepsi idiopatik, termasuk yang diturunkan secara genetik,
epilepsi mioklonik juvenile, trauma, obat-obatan.
6.
Dewasa
muda (18-25 tahun)
Epilepsi
idiopatik, trauma, neoplasma, keracunan alkohol atau obat sedasi lainnya.
7.
Dewasa
(35-60 tahun)
Trauma,
neoplasma, keracunan alkohol atau obat lainnya.
8.
Usia
lanjut (>60 tahun)
Penyakit vascular (biasanya pasca
infark), tumor, abses, penyakit degeneratif, trauma.
Meningitis
atau ensefalitis dan komplikasinya mungkin adalah penyebab kejang di semua
kelompok usia. Hal ini dikarenakan adanya gangguan metabolik yang berat. Pada
negara tropis dan subtropis, infeksi parasit pada sistem saraf pusat adalah
penyebab umum kejang.
Gejala
Klinis
Menurut
manifestasi klinisnya, kejang dibagi menjadi kejang parsial, yang berasal dari
salah satu bagian hemisfer serebri, dan kejang umum, dimana kedua hemisfer otak
terlibat secara bersamaan.
Manifestasi
klinis bangkitan epilepsi
Tipe kejang
|
Ciri khas
|
Kejang parsial
|
|
Parsial sederhana
|
Adanya gejala motorik, somatosensorik, sensorik, otonom, atau kejiwaan.
Kesadaran normal.
|
Parsial kompleks
|
Adanya gejala
motorik, somatosensorik, sensorik, otonom,atau kejiwaan.
Adanya penurunan
kesadaran.
|
Kejang umum
|
|
Tonik-klonik
|
Kekakuan tonik
yang diikuti oleh sentakan ekstremitas yang sinkron.
Dapat disertai
inkontinensia.
Diikuti dengan
kebingungan pasca kejang.
|
Absans
|
Hilangnya kesadaran yang singkat (biasanya <10 detik) dengan
terhentinya aktivitas yang sedang berlangsung.
Dapat disertai gerakan otomatis, seperti mengedip.
Pola EEG menunjukkan gambaran paku-ombak (spike-and-wave).
|
Mioklonik
|
Adanya satu atau
banyak sentakan otot.
Kesadaran
normal.
Biasanya
bilateral dan simetris.
|
Atonik
|
Hilangnya tonus otot yang singkat.
|
Tonik
|
Kontraksi otot
yang berkepanjangan.
|
Klonik
|
Pergantian sentakan dan relaksasi ekstremitas secara berulang-ulang.
|
Referensi
Repository.usu.ac.id diakses
pada tanggal 14 Juli 2016
0 komentar